Thursday, December 6, 2018

Mengikuti Influencer?


Tentang yang kali ini terjadi. Semoga tertuang dengan apik. Diterima dengan kepala dingin. 



Ia terayung kesana kemari.
Menemukan satu yang dikagumi, kemudian menjadi-jadi.

Pernah bertanya bagaimana seharusnya kita berpegang pada pikir?

Tentu. Ia akan tumbuh lestari, ketika ia sudah memiliki pondasi lurus yang ia percayai

[][][]

Tentang kerangka berpikir. Penting. Biar tidak terayung kesana-kesini. Ia akan menjadi pegangan kamu dalam memandang dunia. Rujukan kamu dalam menilai sebuah fenomena entah sosial atau alam. Cara pandang hidup. A way of life.

Mau dikemanakan cara berpikir kamu ketika memandang dunia?
Melihat segalanya dari segi materi kah?
Segi agama kah?
Atau apa?

Mengikuti seorang millenial influencer tentunya sangat gapapa. Apalagi kita dapat mengambil beberapa contoh kebaikan dari dia. Tapi pastikan cara berpikirnya. Perhatikan cara ia menyajikan argumennya. Dimanakah cara berpikir dia diantara dua tadi? Barat? Atau Timur?

Perkara asal mengikuti sosok teladan milenal secara membabi buta lah yang aku takuti. Kalau sampe salah panutan, bisa selamanya salah dalam memandang cara hidup. Karena menurutku seorang muslim, fondasi berpikirnya harus merujuk pada kebenaran yang benar menurut Islam. Bukan yang lain. Baca sekali lagi: me-nu-rut-ku.

Kaga perlu segitunya kali. Ngikut yang mana ajalah asal baik. Kan semua manusia sama aja.

Hm?
Seorang filsuf Islam mengatakan, 

Ketika kamu berada di Barat kamu tidak mungkin sedang berada di Timur. Ketika kamu sedang berada di Timur tidak mungkin kamu sedang berada di Barat pada waktu yang bersamaan. 

Artinya, kita ga mungkin bisa mengambil dua pilihan berbeda dalam satu waktu yang sama. Pasti ada yang namanya kecenderungan. Meski pun kamu berada ditengah-tengah, pasti ada kecenderungan. Nih, kalian sedikit aja bergeser atau kegeser dari sisi Timur sama artinya kalian sudah condong ke arah Barat. Paham?

Karenanya, fondasi berpikir kamu penting sekali untuk dimantapkan sesegera mungkin. Segera tentukan. Agar nggak asal ikut. Agar punya prinsip. Jangan asal mengikutin segala perkara A-Z kepada sosok milenial influencer yang menurut kalian keren. Jangan asal menyandarkan kepada seseorang secara taklid (taklid: mengikuti pendapat seseorang tanpa tahu alasan atau tanpa ilmu) .

Setiap orang pasti punya kecenderungan dalam memantapkan pilihannya dalam hidup. 

Ukhrawi vs Duniawi. 
Barat vs Timur. 

Pasti ada kecenderungan. Ga cuma kamu. Cara berpikirnya milenial influencer yang kamu ikuti pun begitu. Pasti dia lebih mantap berpijak pada salah satu sisi diantara dua. Pilihan kamu adalah; mengikuti pendapatnya secara taklid (tanpa tahu ilmu) atau engga?

Karena itu, penting banget untuk segera menentukan fondasi berpikir kamu dalam memandang segala hal di semesta ini mulai dari sekarang. Kenapa? Biar ga taklid. Biar cuma asal mengikuti tanpa alasan yang kalian ga tahu konsekuensinya. Dengan memantapkan fondasi kerangka berpikirmu, kamu ga akan mudah goyah ketika diteter logika-logika lain yang seakan-akan lebih masuk akal. Agar kemudian bisa memilih sosok influencer yang akan kamu contoh. 

Mengikuti seorang influencer tentu saja gapapa. Apalagi dia memotivasi kamu untuk menjadi lebih baik. Malah jadi amal jariyahnya dia. Tapi itu tadi: jangan asal ngikut ketika berhubungan dengan pandangan terhadap semesta. Kalian mengikuti sifatnya yang produktif, sifatnya yang ambisius, sifatnya yang rajin gpp. Malah bagus. Namun ketika kalian tidak memiliki batasan pemahaman mana yang benar dan mana yang tidak. Itu yang akan menjadi masalah. Akibatnya, kalian akan menyimpulkan setiap tutur dan tanduk influencer tersebut selalu benar. 

Padahal, dalam islam sebaik-baik sauri tauladan adalah Rasullah SAW. Mengikuti pendapat orang yang kalian segani pun ada batasannya. Apakah argumen dia sesuai dengan rujukan Quran, atau malah mengikuti filsuf barat?


Ketika terkagum pada satu milenial influencer tertentu, bukan berarti segala argumennya harus kamu selalu setujui. Vote yes terus pokoknya lah, jangan kasih kendor. Emang dia siapa, euy? Dia juga bisa salah. 

Bisa lah begitu, tapi ke siapa dulu. Kepada Dia? atau kepada dia?

Kamu akan belajar kritis. Ketika kamu mampu menelaah argumen yang kamu dengar. Telaah argumen yang kamu dengar dengan mengenali resiko dan konskuensinya. 

Semoga saya sendiri bisa memilih fondasi kerangka berpikir Islam. Diusahakan sebisa mungkin, meski dengan segala keterbatasan dalam kemungkinan membuat kesalahan. Semoga Allah menjaga manusia-manusia yang penuh kekurangan ini agar tetap dalam koridor islam.. 



4 comments:

  1. Noted,
    We life for a while, it's about how we prepare going to jannah,,?
    --ary

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes! That's the primarily point. Consider everything by the sake of Jannah.

      Delete

have any thoughts? lemme know below ;)