Hondje adalah salah satu kedai teh yang wajib kamu kunjungi ketika mampir ke Malang. Berbeda dengan galeri teh yang berkesan kafe, Hondje punya daya tarik tersendiri. Tidak hanya menghidangkan teh, mereka punya pojok baca yang menghangatkan hati.
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman ngeteh di Hondje bersama suami. Yuk, baca sampai habis.
Hari itu Sabtu sore, kami sengaja mengagendakan jadwal untuk keluar sebentar melepas penat. Akhir-akhir ini kami sedang tertarik untuk menelusuri galeri teh yang menyempil di kota kami tinggal, Malang.
Hondje adalah destinasi kami hari ini. Sebuah kedai teh kecil yang memiliki banyak ulasan positif melalui web. Ia juga nampak cukup meyakinkan jika dilihat dari postingan sosial medianya.
Ternyata, kedai teh ini asal muasalnya dari Jawa Tengah. Lalu entah bagaimana kronologinya, kalian bisa menemukan anak cabangnya di Malang. Hondje, jika dilihat dari aura sosial medianya adalah kedai teh bertema anak senja.
Agar semakin menjiwai vibes anak senja, kami sengaja berkendara di sore hari setelah adzan Ashar. Selain agar lebih tenang menjaga shalat, matahari pun mulai menurun.
Kebetulan, lokasinya juga tidak terlalu jauh dari rumah. Akses jalannya dari terminal bus Malang mudah diikuti meski berbekal Google maps.
Kedai teh Hondje terletak disebuah kawasan perumahan. Begitu melewati gerbang pintu masuk utama, kamu bisa menemukan bangunan tokonya beberapa meter kemudian.
Begitu menginjakkan kaki, kami menyadari Hondje nampak seperti warung kopi kelontong kecil. Namun ia nampak berkelas dan berciri khas. Teh, buku, dan latar rumah adalah beberapa kata yang pas menggambarkannya.
Kami segera meminta daftar menu untuk menentukan pilihan.
Hondje menawarkan beragam teh dengan harga yang cukup terjangkau. Tehnya pun diberi nama dengan khas bahasa Nusantara yang apik. Mereka juga menawarkan menu makanan berat seperti ayam geprek dan mie.
Sembari menunggu pesanan datang, kami menengok pojok baca yang disediakan. Ada banyak ragam buku yang bisa kami pilih, mulai dari bacaan mengenai teh, fiksi, bahkan buku politik bisa ditemukan di sini. Pula, buku yang berbahasa inggris.
Selain itu, Hondje juga menjualkan tehnya melalui kemasan sachet yang dibandrol harga mulai Rp. 5.000,00. Kami membungkus 3-4 teh untuk dibawa pulang sebagai seduhan sore di rumah.
Oiya, Hondje juga cenderung damai karena kedai ini buka tanpa alunan musik. Suatu ciri yang langka diantara kafe dan kedai kekinian hari ini. Bagi yang muslim, suasana tanpa musik ini adalah suatu nilai unggul.
Akhirnya, meski hanya untuk melepas penat sebentar, Hondje telah meninggalkan kenangan yang berkesan di hati kami. Terutama, aroma tehnya yang unik.
Semoga Allah mudahkan untuk mampir lagi satu waktu nanti.
Nah, kalau kalian mampir ke Malang, jangan lupa kunjungi Hondje. Atau kalian ada rekomendasi local spot untuk tisane lainnya? ^^
No comments:
Post a Comment
have any thoughts? lemme know below ;)