/ cerita awalnya /
"Aku pingin bikin project pendidikan lagi deh. Di tempat terpencil. "
Kataku di kolom chat ruang diskusi HAMADA.
Chat ini ternyata menimbulkan banyak reaksi.
"Hah?"
"Pendidikan lagi, mbak?"
"Barusan TIMIP kelar masa pendidikan lagi?"
Tapi, begitu Mbak Indah memberi informasi tentang keberadaan satu sekolah dasar yang sesuai dengan kategori yang kami butuhkan. Hawa kerja tim kami langsung menyala. Ruang chat terasa begitu hidup. Pembagian peran dan tanggungjawab segera saja disebar lewat ruang virtual. Pertemuan offline hanya terjadi sekali untuk merembukkan kembali segala rencana, yang qadarullah, berubah lagi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu.
For a planned person like me, it was the most spontaneous project yet the most enthusiastic one. Little did I know, my teammates also shared the similar thoughts. It was heartwarming. A memorable one.
Sekolah yang menjadi target kami adalah sebuah sekolah dasar yang terletak di sekitar daerah Dawar Blandong. Daerah ini masuk ke area hutan alas di sekitar wilayah Mojokerto. Yap, agar bisa sampai ke sana kami melewati perjalanan sekitar kurang lebih satu jam dari pusat kota. Lama? Tentu saja, sebab medannya tidak mudah. Selain terpencil, jumlah murid sekolah ini juga sangat sedikit. Hanya berkisar 50 murid dari total seluruh kelas.
However, lemme tell you..
Those kids changed my perspective of life so much. Our meeting was memorable to this day. Mereka adalah anak-anak yang sungguh polos. Ibarat kata, mereka adalah jiwa dari kata anak-anak itu sendiri. Polos, lugu, dan bersemangat akan banyak hal. Bukankah fitrahnya anak-anak memang seperti itu?
Mata mereka berbinar setiap ditanya dan diberi tahu hal baru. Kepalanya mendongak lebih tinggi agar bisa melihat dan mendengar kami lebih jelas. Sebelum pulang mereka berebut untuk berjabat tangan, mencium punggung tangan kami, dan mengucapkan terimakasih. That thank you was really sincere, I knew cause it left heartwarming impression to my heart.
You know, been living in big ciies like Surabaya and teaching kids like their age I see big gap of attitude.
Padahal, kami hanya melakukan hal-hal yang sederhana. Sebab terpepet waktu, kami hanya mengadakan kelas membaca, makan siang bersama, dan outbond singkat.
Kami juga bermaksud mengadakan story telling session. Namun karena kekurangan daya akhirnya kami batalkan. Pula, berencana mendatangkan profesi ahli untuk menginspirasi, tapi jadwal bentrok. Akhirnya, story telling and life moral values kami sisipkan pada pos-pos kegiatan outbond agar lebih berkesan di hati para siswa.
Hamada bercerita kami kemas dengan singkat, mendadak, tapi --alhamdulillahnya- mengena.
It was a big success.
It left huge impressions to them, and mostly to us.
Can't wait to get involved in such humane project again.
No comments:
Post a Comment
have any thoughts? lemme know below ;)